Saturday, May 27, 2006

Dari Hendro, Burj Al Arab di Pantai Mutiara

Oleh Irsad
Wartawan Bisnis Indonesia


Di ujung kawasan reklamasi Pantai Mutiara, Muara Karang, disisakan lahan 11 ha. Di lahan inilah rencananya Hendro S. Gondokusumo, sang penguasa kawasan itu, akan menancapkan karya terakhirnya di lahan nan mahal, yang telah dikembangkan sejak bertahun-tahun lalu.
Karya terakhir di Pantai Mutiara, menurut dia, haruslah hebat, indah, dan spektakuler. Untuk itu, Hendro memilih memakai jasa WS Atkins Consultant, konsultan arsitek dan desain teknik asal Inggris.

Jatuhnya pilihan kepada Atkins bukan sembarang pilih, tapi keputusan matang yang didasarkan pada rekam jejak sang arsitek sebagai perancang properti di pasar global.

Tidak dipungkiri, salah satu sebab yang membuat Hendro kepincut dengan arsitek ini berawal dari kekagumannya pada hotel berbintang lima deluxe Burj Al Arab yang kini menjadi ikon Kota Dubai, Uni Emirat Arab, dan juga menjadi hotel terbaik di dunia. Inilah salah satu karya monumental Atkins.

Kini, Atkins diminta Bos Dharmala Intiland, untuk juga membuat proyek wah di kawasannya sebagai proyek penutup dari pengembangannya di kawasan 120 hektare tersebut. Kalau di Dubai bernama Burj Al Arab, maka di Pantai Mutiara terbetiklah nama Regatta. Keduanya, sama sama proyek waterfront dan sama-sama wah.

Sebanyak 10 tower gedung artistik akan menjadi bagian dari proyek mahakarya Dharmala ini, yang diproyeksikan tuntas dalam masa delapan hingga 10 tahun melalui tiga tahap pengembangan. Properti Regatta merupakan proyek multifungsi yang terdiri dari peruntukan apartemen, hotel, Aqua Park, dan serviced apartments.

Dalam penggarapan proyek ini, Hendro tidak sendirian. Dia menggandeng PT Global Ekabuana untuk mengongkosi proyek itu, yang diperkirakan menelan biaya Rp3 triliun hingga Rp3,5 triliun. Harga yang pantas untuk sebuah proyek besar dan ambisius.

Cukup lama menunggu momentum, kini keduanya sudah mulai menjadwalkan pengembangan tahap pertama yang diperkirakan selesai November 2008. Empat tower apartemen menjadi bagian dari proyek tahap pertama itu yang akan menghabiskan Rp700 miliar.

Gedung jangkung yang mau dibangun seprinsip dengan lingkungannya, memakai model layar perahu yang bertumpu pada kekuatan lancip. Sembilan dari 10 gedungnya itu akan memakai model perahu ini, sehingga terlihat bagaikan sembilan saudara kembar. Setiap gedung itu terdiri dari 24 lantai dengan 92 unit apartemen.

Sementara itu, satu gedung lagi dari 10 gedung tinggginya merupakan landmark dan ikon Regatta, yaitu gedung untuk hotel dengan model melengkung sempurna ke bumi, sehingga membentuk dua sisi gedung yang dibatasi oleh ruang kosong. Gedung ini memang artistik dan unik. Kekokohan dan model ruang kosongnya menunjukkan semangat kebebasan dan kemerdekaan yang serasi dengan lingkungan pantai tempat gedung ini akan berdiri.

Konon, menurut pengembangnya, nantinya gedung ini akan memberi suasana yang menakjubkan dan baru sama sekali di Indonesia. Memiliki tinggi 40 lantai atau sekitar 160 m, sehingga tertinggi dari gedung-gedung yang lain.

Gedung melengkung ini akan menjadi proyek pamungkas dari keseluruhan proyek Regatta sehingga penggarapannya dimasukkan dalam fase ketiga yang berarti selesai pada tahun ke delapan atau ke-10.

Secara keseluruhan semua gedung ini berdiri melingkari lahan 11 ha bak pengawal dan benteng kokoh yang melindungi properti low rise yang juga dikembangkan di tengah kawasannya. Di tengahnya, dibangun berbagai fasilitas yang menjadi bagian dari gaya hidup hedonis dan mewah. Berbagai fasilitas dan layanan eksklusif itu a.l. Spa & Fitness Center, Cafe, Business Center, serta Games Room.

Tak pelak, Regatta benar-benar menawarkan suatu komunitas kehidupan baru yang elit dan eksklusif.

Dharmala sendiri mendefinisikan proyeknya itu sebagai konsep waterfront living dengan pemandangan ke arah Laut Jawa. Untuk itu, menurut dia, nuansa laut dalam desain Regatta diterjemahkan ke dalam konsep arsitektur apartemen yang menampilkan bentuk layar terkembang dan hotel yang merepresentasikan menara mercusuar.

Tiga item konsep yang dibawa Atkins ke dalam proyek ini, yaitu tall ships atau kapal layar yang sedang berlayar diwujudkan ke dalam desain apartemen, lighthouse atau mercusuar yang diwujudkan ke dalam desain hotel, dan compass atau penunjuk arah mata angin yang diterjemahkan menjadi orientasi bangunan dalam site plan Regatta

"Dengan tema status redefine", Regatta menggambarkan kombinasi antara gaya hidup eksklusif dan kualitas tempat tinggal terbaik," kata Hendro.

Satu-satunya tantangan yang dihadapi pengembang Regatta adalah konsistensi dalam menjaga kualitas lingkungannya karena Pantai Mutiara bertetangga dengan dengan pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara.

Pembangkit ini merupakan pembangkit listrik tenaga gas dan gas uap yang sudah pasti bersinggungan langsung dengan sirkulasi air pantai di kawasan tersebut. Hal ini tentu memerlukan penanganan khusus dan ekstra hati-hati agar tetap bisa menghasilkan kualitas lingkungan yang serasi.

Hendro S. Gondokusumo telah memancangkan ambisi besarnya. Kalau ini tuntas, Indonesia akan punya sesuatu yang mendunia. (irsad.sati@bisnis.co.id)

0 Comments: